Urusan keyakinan itu tidak akan bisa pupus dibawah ancaman, hujatan, bahkan pembunuhan sekalipun.
Secara manusiawi, keyakinan bisa diperoleh melalui beragam jenis informasi, suka atau tidak suka akan di timbang oleh akal, seberapa layak keyakinan itu bermanfa'at untuk diri dan orang lain.
Inilah wilayah dimana setiap yang punya keyakinan itu memasuki medan dakwahnya akibat dari rasa tanggung jawab kepada sesama.
Selama keyakinan itu murni, tidak tercampuri oleh berbagai kepentingan besar yang mempertimbangkan untung rugi dalam dunianya, mereka tidak akan sedemikian arogan dalam mempertahankan dan menanamkan keyakinan itu kepada orang lain. Termasuk didalamnya adalah nafsu surgawi.
Apalagi jika terkait dengan keyakinan itu sendiri bahwa hidayah adalah hak khusus bagi Allah, lalu untuk apa kita dibikin capek oleh imajinasi kita sendiri, bahwa kita bisa merebut hak Allah itu tadi?
Ada sepotong Ayat yang menjadi perbincangan besar dikalangan para pembesar kuno Agama Islam, dikatakan ayat tersebut adalah mengandung 3 pilar bersyari'at bagi ummat Islam di manapun dan bagaimanapun mereka berada.
خذ العفو وأمر بالعرف وأعرض عن الجاهلين
"Tempuhlah jalan damai, dan perintahkan dengan pengertian, dan berlalulah dari orang orang bodoh"
Terjemahan ini hanya merupakan kesimpulan pemahaman saya dari berbagai penjelasan para ulama, jadi mungkin banyak anda dapati makna yang tidak sesuai textnya.
3 pilar itu saling terkait, damai, bijaksana, dan cuek terhadap sikap bodoh orang lain.
Perdamaian itu hanya bisa dicapai dengan memaafkan prilaku orang yang kita anggap bodoh setelah kita mencoba menjelaskan duduk masalahnya dengan cara yang ma'ruf.
Intinya kita harus memaafkan orang bodoh setelah kita jelaskan masalahnya. Kebodohan itu bukan kejahatan, walaupun kebodohan itu bisa menimbulkan kejahatan.
Tugas kita bukan memerangi kebodohan, menghina dan melecehkan. tetapi memberikan pencerahan
wallohu a'alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar