Senin, 10 Maret 2014

Dunia Ini Hanya Tempat Lewat, Bukan Tempat Menetap

Kemarin ketika sedang berjalan menuju rumah seorang sahabat, mobil yang saya kendarai tiba tiba harus berhenti sejenak, terhenti oleh keranda yang membawa jenazah keluar dari gang menuju jalan raya dan mengharuskan semua kendaraan berhenti, sekedar memberi penghormatan terakhir dan ALLAH memang sedang menunjukan kepada semua pengendara bahwa suatu hari kita yang saat ini berada didalam kendaraan mewah ber-AC akan berada di keranda bertutupkan kain hijau bertuliskan “Innalillahi wa inna illaihi rajiun“, iya keranda yang menuju pemakaman itu suatu hari akan kita kendarai, siap tidak siap, suka tidak suka kematian pasti datang, artinya lagi memang di bumi ini kita hanya singgah, yang namanya singgah pasti tak lama, kalau kelamaan diusir sama yang punya tempat  :)

    Kemudian saya diam sejenak, menikmati keranda yang lewat didepan mobil sambil berpikir, jika saya hanya singgah didunia ini, kenapa saya dan banyak sekali manusia yang terpedaya indahnya, tercengang, terlena dengan segala kenikmatan sementara yang disajikan ditempat persinggahan ini, padahal ALLAH memberi menempatkan saya ditempat singgah ini plus diberikan bekal rejeki selama singgah pasti tujuannya agar saya siap melanjutkan perjalanan ke rumah yang sesungguhnya bukan malah bengong, kesasar dan menikmati persingaahan ini, betah lagi alias gak mau pulang

    Ah, how STUPID we are jika terpesona dengan sesuatu yang pasti kita tinggalkan…

Kembali saya merenung (bengong kali tepatnya ya De? he eh) :)  jika hidup ini adalah persinggahan sejenak saja maka  semestinya saya harus jadi tamu yang baik, tamu yang nurut apa kata siempunya rumah dan tamu yang tahu diri untuk bersiap siap beranjak pulang, gak betah ditempat singgah, terbayang bayang rumah yang sesungguhnya, seperti janji ALLAH bahwa di ujung perjalanan nanti ALLAH menyiapkan sebuah rumah yang sangat indah, yang dibawahnya mengalir air sungai, yang tamannya penuh dengan buah dan bunga bunga indah, yang teman saya nanti adalah lelaki tampan yang ketampanannya seribu kali diatas level tampan Nicholas Saputra, :)

Ah membayangkan saja saya sudah terkagum kagum indahnya hidup di rumah terakhir yang dijanjikan ALLAH  jika saya baik baik selama singgah, rumah terakhir bagi hamba hamba yang dicintai dan mencintai ALLAH tentunya, dan untuk sampai ketempat seindah ini tentu syaratnya tak mudah… beli apartment di Jakarta yang tanpa tanah saja syaratnya berderet apalagi rumah seindah rumah ALLAH, begitu bukan? :)

Jadi tempat persinggahan ini sesungguhnya gak ada apa apanya dibanding tempat yang dijanjikan ALLAH, namun saya  justru terpana dengan persinggahan sementara ini, dan lalu menganggap penampungan sementara ini abadi, dan sangat indah, melihat gubuk saya sangka istana bersama si dia yang saya cintai, padahal ini maksiat namanya berduaan dengan yang bukan mahrom saya, melihat kolam kecil saya sangka danau bahkan melihat kue serabi saya sangka martabak spesial, intinya terpana, terpesona, terlena kalau kata Ike Nurjanah :) hehehe…  saya menjadi kabur dan tertipu oleh karena keterpanaan yang menerpa :)

Sekarang dengan kesadaran penuh bahwa dunia ini hanya tempat persinggahan, saya TIDAK boleh terpesona, terlena apalagi tersesat dan tidak tahu jalan pulang, PARAH … sebagai tempat persinggahan yang segera akan saya tinggalkan, maka suka tidak suka saya harus menyiapkan bekal pulang, agar selamat sampai ditempat tujuan, karena yang ini sementara dan yang sana kekal, lebih baik gak terlalu nikmat disini tapi nikmat disana !!

Yuk, perbanyak bekal pulang, percaya deh disini tak seindah disana, rumah kita sendiri...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar